Saat ini obesitas sudah menjadi masalah di Amerika Serikat, dan melihat trendnya mungkin akan jadi masalah juga di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Indonesia (dalam unpad.ac.id, diakses 20 Januari 2014) 21,7% orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Kelebihan berat badan akibat terjadinya penumpukan sel-sel lemak ini dapat berdampak serius terhadap kesehatan. Obesitas bisa menjadi faktor resiko berbagai penyakit-penyakit berbahaya seperti diabetes mellitus, hipertensi, kanker, penyakit jantung, bahkan sampai kanker.
Yang memprihatinkan, ternyata obesitas itu menular. Kita sudah terbiasa mendengar kalau penyebab obesitas adalah faktor genetik, faktor gaya hidup, dan sebagainya. Tapi ternyata hubungan sosial kita bisa mendorong kita pada obesitas.
Menurut penelitian yang diadakan di Framingham (Christakis & Fowler, 2007), resiko seseorang menjadi obesitas meningkat 57% jika dia memiliki teman yang berat badannya naik menjadi obesitas. Jika orang dewasa yang memiliki saudara kandung yang beratnya berubah menjadi obesitas, maka resiko obesitas orang tersebut meningkat sebesar 40%. Pada pasangan suami istri, jika salah satu dari mereka tidak mengontrol berat badannya, maka resiko pasangannya yang lain menjadi obesitas sebesar 37%. Hasil statistika yang tidak kalah menarik adalah pada pertemanan antara sesama jenis kelamin, kemungkinan seorang teman menyeret temannya untuk ikut menjadi obesitas sebesar 71%.
Obesitas dapat menyebar pada hubungan sosial karena adanya induksi atau pengaruh dari satu orang ke orang lain (Cohen-Cole & Fletcher, 2008). Induksi terhadap obesitas yang dimaksud adalah faktor psikososial dari diri seseorang yang dapat sangat mudah dipengaruhi oleh orang-orang terdekatnya. Menjadi obesitas adalah pilihan atas kebiasaan yang kita lakukan secara sadar. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh kebiasaan orang lain yang ada di sekitar kita. Singkatnya, kalau temanmu jadi suka makan, tentu kamu akan sering diajak makan juga olehnya.
Sehingga, kenaikan berat badan pada seseorang dapat mempengaruhi terjadinya kenaikan berat badan pada temannya, karena perubahan kebiasaan konsumsi makanan temannya dapat terpengaruh juga.
Memang, kita sangat dipengaruhi oleh orang lain. Tanpa kita sadari, kita bisa meniru kebiasaan orang lain. Namun, kita bisa menjadi orang yang berdampak positif dengan tidak terpengaruh kebiasaan buruk orang lain. Sadarlah ketika kita mulai terpengaruh kebiasaan buruk dari teman-teman kita. Jangan jauhi mereka. Jadilah orang berprinsip dengan tetap menjaga berkebiasaan positif dengan makan tidak berlebihan, rajin berolahraga, dan lain-lain.
Dengan menjadi orang yang seperti itu, maka kegemukan tidak akan menular. Terlebih lagi, teman-teman kita yang tadinya obesitas bisa berubah karena terpengaruhi oleh kita untuk hidup lebih sehat dan tidak obesitas lagi. Jadi, ceritanya senjata makan tuan (bagi penyakit obesitas), gitu loh.
Sumber yang dipakai:
http://nutricia.co.id/bila-dibiarkan-kegemukan-dan-obesitas-akan-menjadi-epidemi-di-indonesia/
http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/549-obesitas-faktor-resiko-berbagai-penyakit-anda-awas-bahaya-mengancam
http://www.unpad.ac.id/en/2013/10/increasing-obesity-rate-is-the-5th-leading-cause-of-death-in-the-world/
Nicholas A. Christakis, M.D., Ph.D., M.P.H., and James H. Fowler, Ph.D. (2007) The Spread of Obesity in a Large Social Network Over 32 Years. www.nejm.org
Ethan Cohen-Cole, Jason M. Fletcher (2008) Is Obesity Contagious? Social Networks vs. Environmental Factors in The Obesity Epidemic. www.elsevier.com
Sumber
Tambahkan Komentar